Selasa, 02 Desember 2014

Analisis Materi Ajar Kimia SMA


ANALISIS MATERI AJAR DAN PEMBELAJARAN KIMIA
DI SMA NEGERI 17 MEDAN

Oleh
Junando Pandiangan
Pendidikan Kimia, Pascasarjana Unimed

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal  23 dan 24 September 2013 di SMA Negeri 17 Medan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis materi ajar dan Proses belajar mengajar Kimia di SMA Negeri 17 Medan. Populasi dan sampel penelitian ini adalah SMA Negeri 17 Medan dan Kelas XII. Teknik analisis data yang digunakan adalah penelitian survey dengan alat pengumpul data adalah angket kepada siswa kelas XII sebanyak 35 dan angket untuk guru yang dilengkapi dengan dokumentasi dan wawancara. Hasil Penelitian ini menunjukkan masalah bahan ajar (penggunaan buku pelajaran yang belum dioptimalkan), masalah proses pembelajaran di dalam kelas (yaitu faktor siswa dan guru), masalah pemanfaatan fasilitas sekolah untuk mendukung pembelajaran, masalah motivasi guru untuk bekerja keras untuk menghasilkan pembelajaran yang baik.


Kata Kunci : Bahan ajar, Pembelajaran Kimia, Fasilitas Belajar, Kurikulum.

PENDAHULUAN
          
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No.20 Tahun 2003 Pasal 3 Pendidikan Nasional). Jelas dinyatakan bahwa tujuan pendidikan bangsa Indonesia adalah mengembangkan potensi peserta didik.
            Keterkaitan pencapaian potensi siswa yang ditandai dalam sembilan aspek, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, untuk itu pemerintah melalui pendidikan mengupayakan adanya pendidikan berkarakter.
            Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.  Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
            Dari berbagai komponen pendidikan, peneliti tertarik dalam lima hal yaitu kurikulum, proses pembelajaran, penilaian, pemberdayaan sarana prasarana, serta ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. Kelima komponen ini memiliki keterkaitan yang sangat dekat dalam meningkatkan suatu mutu pendidikan. Namum bukan berarti komponen pendidikan yang lain tidak mendukung. Atau dengan kata lain kelima komponen ini seperti ujung tombak untuk mencapai tujuan pendidikan.
Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). BSNP berfungsi sebagai bahan acuan bagi Depdiknas dalam mengeluarkan beberapa kebijakan nasional.
Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL
Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru dan karyawan juga melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan tinggi setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat.
Pemberian otonomi ini, akan memberi peluang bagi setiap sekolah mengembangkan kurikulum, silabus, indikator, dan materi pembelajaran sesuai dengan situasi, kondisi, dan potensi unggulan sekolah, namun harus tetap mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan BSNP untuk tiap mata pelajaran (Hanafie, 2008). Komponen-komponen KTSP terdiri dari 1) tujuan yang berisi visi dan misi, 2) Struktur dan muatan kurikulum, 3) kalender pendidikan, dan 4) lampiran silabus dan rencana pembelajaran.
Pelaksanaan KTSP ini menuntut kesiapan guru untuk berinovasi dan berkreasi dalam mengembangkan kurikulum di sekolahnya dan harus meninggalkan cara lama yang hanya bergantung pada petunjuk teknis (Suharto, 2008). Dalam hal ini guru harus mampu mengembangkan proses pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan sekolah.
Proses pembelajaran adalah sebuah upaya bersama antara pengajar dan pembelajar untuk berbagi dan mengolah informasi dengan tujuan agar pengetahuan yang terbentuk ter-“internalisasi” dalam diri peserta pembelajaran dan menjadi landasan belajar secara mandiri dan berkelanjutan. (Yusuf Yudi Prayudi, 2007). Maka kriteria keberhasilan sebuah proses pembelajaran adalah munculnya kemampuan belajar berkelanjutan secara mandiri.
Sementara itu, proses pembelajaran sampai saat ini masih banyak yang menggunakan metode pembelajaran konvensional, yang justru metode itu semakin terbelakang dalam mencapai keberhasilan pembelajaran. Padahal kita tahu, proses pemebelajaran mempunyai perananan vital dalam mencapai keberhasilan pendidikan. Belum lagi keterkaitan sarana prasanan yang memberikan pengaruh dalam keberhasilan pembelajaran di kelas, serta penilaian yang digunakan sebagai tolak ukur dalam menyatakan keberhasilan.
Dalam hal lain, ethos kerja merupakan modal utama dalam meningkatkan pendidikan. Artinya dengan ethos kerja yang tinggi, kekurangan dalam sarana dan prasarana, serta metode pembelajaran dapat diatasi. Tapi dalam berbagai pengamatan dalam kesempatan lain, kita melihat etos kerja yang masih sangat minim. Jadi lengkaplah bahwa setiap modal yang dibutuhkan masih jauh dari apa yang diharapkan.
Sesuai dengan karakteristiknya, pengembangan KTSP di tentukan oleh tingkat satuan pendidikan itu sendiri yang disesuaikan dengan potensi lingkungannya, maka pembelajaran Kimia di SMA dilaksanakan sesuai kebutuhan masing-masing. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan menganalisis Pelaksanaan KTSP dalam Pembelajaran Kimia di SMA Negeri 17 Medan.”

METODE PENELITIAN
           
Penelitian ini merupakan penelitian survey. Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sample dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun, 1998). Survei merupakan studi yang bersifat kuantitatif yang digunakan untuk meneliti gejala suatu kelompok atau perilaku individu. Survey adalah suatu desain yang digunaan untuk penyelidikan informasi yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi dan hubungan antar variabel dalam suatu populasi. Pada survey tidak ada intervensi, survey mengumpulkan informasi dari tindakan seseorang, pengetahuan, kemauan, pendapat, perilaku, dan nilai (M. Basirun, 2009).
            Data diperoleh melalui angket  kepada siswa dan guru, serta berupa dokumen RPP, Silabus dan lain-lain yang dikumpulkan dari kepala sekolah dan guru.
            Populasi penelitian sekaligus sampel dalam penelitian ini adalah guru kimia di SMA Negeri 17 Medan  dan siswa kelas XII IA-1 sebanyak 35 orang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a.        Bahan Ajar
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada sekolah yang diteliti, guru dan siswa menggunakan buku BSE yaitu BELAJAR KIMIA Membuka Cakrawala Alam Sekitar, Saeful Karim, dkk, tahun 2008. Buku ini digunakan karena hasil dari pengadaan dana BOS (Bantuan Operasiona Siswa). Berkaitan dengan dana BOS, guru juga kurang memberikan latihan karena tidak diperbolehkan penjulan buku-buka lain seperti buku Lembar Kerja Siswa (LKS). Akhirnya siswa hanya mendapat pelajaran dari buku yang mereka gunakan dan apa yang disampaikan guru di depan kelas.


b.       Pembelajaran di Kelas
Dari penelitian, diperoleh data sebagai berikut:

Hasil Angket pada Siswa
No

P e r n y a t a a n

Ya
Tidak
1
Pada pertemuan pertama, nampak Guru, berusaha menjelaskan apa yang akan dipelajari siswa dalam satu semester termasuk cara penilaiannya
67%
33%
2
Guru nampak berusaha menyiapkan materi dengan sebaik-baiknya  untuk diajarkan
85%
15%
3
Guru nampak bersungguh-sungguh dalam mengajar, agar materi yang dibawakannya dapat dimengerti siswa
65%
35%
4
Guru nampak berusaha menjelaskan bahwa secara umum bahan pelajarannya akan bermanfaat sebagai bahan dasar dalam kehidupan sehari-hari
23%
77%
5
Guru sering memberi tugas / pekerjaan rumah / bahan diskusi yang lebih bersifat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran
16%
84%
6
Guru nampak berusaha dengan caranya agar siswa tertarik mengikuti pelajarannya
62%
38%
7
Guru memakai buku acuan / bahan ajar yang mana memang membantu siswa dalam menguasai materi pelajaran
22%
78%
8
Dalam memberi kesempatan bertanya baik di kelas maupun diluar guru bersifat obyektif tanpa memandang suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin
91%
9%
9
Soal midtest dan / atau ujian yang diberikan guru sesuai dengan materi yang disampaikan
90%
10%
10
Secara umum, guru dinilai cukup baik dalam melakukan proses belajar mengajar
62%
38%



Hasil Angket Pada Guru
No

P e r n y a t a a n

Ya
Tidak
1
Apakah buku materi ajar Ibu Guru telah sesuai dengan silabus Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)

2
Apakah materi pelajaran Kimia yang disampaikan Ibu Guru telah sesuai dengan buku pegangan KIMIA

3
Apakah Ibu Guru melakukan diskusi dalam pembelajaran KIMIA

4
Apakah Ibu Guru memberikan pengulangan pelajaran Kimia kepada siswa

5
Menurut Ibu Guru, Apakah pelajaran kimia merupakan pelajaran sulit untuk diajarkan kepada siswa

6
Apakah Ibu Guru sering memberikan tugas pelajaran KIMIA yang berhubungan dengan kimia kepada para siswa

7
Apakah metode mengajar ceramah tepat untuk pelajaran Kimia yang disampaikan oleh Ibu Guru

8
Apakah Ibu Guru pernah menggunakan model pembelajaran ke alam untuk pembelajaran Kimia

9
Apakah Ibu Guru menggunakan media/alat peraga saat pembelajaran Kimia yang berhubungan dengan kimia

10
Apakah siswa-siswi Ibu Guru antusias dalam pembelajaran Kimia


a. Faktor Siswa
             Berdasarkan hasil angket dan wawancara yang diperoleh dari guru dan siswa bahwa siswa tidak antusias terhadap pelajaran kimia. Siswa masih menganggap pelajaran kimia itu sulit dan sangat membosankan. Hal ini mungkin diakibatkan karena siswa merasa pelajaran kimia sebagai imajiner. Disamping itu, cara mengajar guru masih konvensional sehingga minat siswa tidak ada.
Solusi
            Para guru hendaknya menerapkan model pembelajaran yang mampu menarik perhatian siswa dengan membuat variasi dalam pembelajaran, misalnya dengan mengadakan pembelajaran ke alam untuk materi-materi pelajaran Kimia tertentu sehingga siswa tidak merasa jenuh dan bosan. Guru sebaiknya pula memberikan menghubungkan pelajaran kimia yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari dan menghubungkan pelajaran dengan kegunaan dalam kehidupan.

b. Faktor Guru
            Berdasarkan hasil angket dan wawancara yang diperoleh dari guru, guru merasa metode mengajar ceramah tepat untuk pembelajaran Kimia kepada siswa karena siswa kurang mampu untuk memahami pelajaran Kimia bila tidak dijelaskan oleh guru. Hal ini disebabkan guru telah terbiasa dengan keadaan pembelajaran yang lama tanpa modifikasi,  Selain itu, guru juga tidak menggunakan media pembelajaran, karena, berdasarkan wawancara, guru mengalami kesulitan dalam membuat media pembelajaran.

Solusi
            Pihak sekolah sebaiknya memberikan pelatihan-pelatihan bagi para guru di sekolah untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan guru dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran di sekolah terutama dalam pengembangan silabus dari BSNP agar kegiatan pembelajaran tidak monoton. Adapun pelatihan-pelatihan tersebut dapat berupa diklat atau penataran, “workshop”, dan pelatihan lapangan. Dengan adanya pelatihan-pelatihan tersebut, guru diharapkan telah mampu memodifikasi kegiatan pembelajarannya termasuk dalam penggunaan media pembelajaran.

c.         Fasilitas Belajar
            Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh peneliti, SMA Negeri 17 Medan memiliki ruang kelas yang cukup baik dan memiliki perpustakaan, laboratorium komputer dan layanan wifi serta  juga laboratorium KIMIA.
            Perpustakaan yang dimiliki SMA Negeri 17 Medan boleh dikatakan baik dengan kumpulan buku yang cukup lengkap untuk setiap mata pelajaran, baik buku yang lama bahkan untuk terbitan terbaru. Di dalam perpustakaan juga disediakan 1 buah komputer yang terhubung dengan jaringan internet. Namun, siswa tidak pernah menggunakan perpustakaan. Berdasarkan wawancara dengan petugas perpustakaan, B. Sumbayak S.Pd, siswa memasuki perpustakaan hanya pada saat pembagian buku di awal tahun pembelajaran.
            Demikian juga denga laboratorium komputer serta jaringan wifi tidak dimanfaatkan siswa untuk mencari informasi dan bahan pembelajaran yang mendukung pembelajaran di kelas.
            Dalam laboratorium KIMIA tidak lengkap, yang ada bahan-bahan yang sudah sangat lama, dan alat-alat juga tidak memadai. Penggunaan laboratorium KIMIA juga jarang bahkan hampir tidak pernah untuk pelajaran Kimia. Selain itu, penggunaan ruang Laboratorium KIMIA itu sendiri sering dijadikan ruang rapat guru dan OSIS.

·      Solusi
            Untuk fasilitas sekolah sudah cukup memadai, hanya saja siswa tidak terlibat dalam menggunakan fasilitas yang ada. Mungkin karena kurangnya sosialisasi untuk menggunakan fasilitas yang ada. Jadi, sekolah dengan bantuan guru BK memberikan motivasi kepada siswa untuk menggunakan fasilitas perpustakaan, dan layanan internet.
            Sementara itu, untuk penggunaan laboratorium KIMIA, guru kimia seharusnya menggunakan model demonstrasi untuk pelajaran Kimia sebagai variasi atau pendukung pelajaran Kimia di dalam kelas.

d.        Kurikulum
            Untuk menganalisis kurikulum dan pembagian pelajaran kimia, peneliti melakukan wawancara dengan PKS kurikulum, yaitu Drs. Sihol Sinaga. Sekolah ini menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sesuai dengan Kurikulum Program Dinas Pendidikan. Sekolah dalam melaksanakan kurikulum dengan berpedoman pada BNSP. Sementara itu, untuk kesiapan guru untuk melaksanakan pembeljaran di kelas, sekolah melakasanan MGMP sebelum memasuki tahun ajaran baru. Adapun dalam kegiatan MGMP tersebut, guru-guru masing mata pelajaran membuat perlengkapan mengajar seperti Silabus, Program Tahunan, Program Semester, Rincian Minggu Efektif, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan juga melaksanakan Peer Teaching untuk tiap mata pelajaran.
    

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
            Berdasarkan hasil angket dan wawancara yang telah dilakukan selama penelitian maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.        Masalah-masalah yang ditemukan di SMA Negeri 17 Medan meliputi:
·         Masalah bahan ajar (penggunaan buku pelajaran yang belum dioptimalkan).
·         Masalah proses pembelajaran di dalam kelas (yaitu faktor siswa dan guru).
·         Masalah pemanfaatan fasilitas sekolah untuk mendukung pembelajaran
·         Masalah motivasi guru untuk bekerja keras untuk menghasilkan pembelajaran yang baik.

Saran
            Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah : 
1.        Bagi sekolah sebaiknya meningkatkan kerjasama antara elemen-elemen stakeholder sekolah agar mampu menghasilkan kompetensi lulusan yang baik dan memuaskan.
2.        Bagi sekolah umumnya dan para guru khususnya diharapkan dapat menggunakan model pembelajaran sebagai alternatif untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan memperhitungkan waktu yang tersedia, sehingga kejenuhan dalam belajar tidak terjadi.
3.        Bagi sekolah sebaiknya memberikan sosialisasi kepada siswa untuk menggunakan fasilitas yang ada.




DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, (2002), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta.

Arikunto, Suharsimi, (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI), Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Eka, Erdina, (2008), Efektifitas Media Grafis Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan Di SMA, Skripsi, FMKIMIA, Universitas Negeri Medan, Medan.

Mursyid, (2010), http://file:///d:/etc/curriculum/pengertian-dan-defenisi-kurikulum.htm.

Purwanto, Ngalim, (2007), Psikologi Pendidikan, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Sagala, Syaiful, (2005), Konsep Dan Makna Pembelajaran, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Slameto, (2003), Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Tulus, Theresa, (2007), Efektifitas Media Pembelajaran Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pengajaran Struktur Atom, Skripsi, FMKIMIA, Universitas Negeri Medan, Medan.

Prayudi, Yusuf Yudi, (2007), http://prayudi.wordpress.com/2007/05/15/proses-pembelajaran/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar